Apa yang dapat membuat sebuah tim
di Euro bermain lepas?. Gampang, jawabannya adalah kemenangan di pertandingan
pertama, dan inilah modal yang sudah dikantongi oleh Denmark. Diyakini jika
Morten Olsen akan bermain cermat sambil bermain hitung-hitungan peluang mereka
lolos ke babak selanjutnya, pada kenyataannya skuad ini memang tidak perlu
memenangi 2 pertandingan sisa, cukup menjaga hasil imbang maka akan menjadi
mimpi buruk bagi 3 kontestan lainnya di grup B yang seharusnya lebih
diunggulkan.
Denmark nampaknya sudah biasa
dengan status tidak diunggulkan dalam setiap keikutsertaan mereka di
kompetisi-kompetisi antar negara. Pada pagelaran Euro 92 sebenarnya Denmark
tidak lolos kualifikasi, namun dikarenakan Yugoslavia tidak dapat berpartsipasi
maka Denmark yang didaulat sebagai penggantinya. Apa yang terjadi kemudian
benar-benar di luar hitung-hitungan prediksi dan statistik, Denmark mampu
mengalahkan Belanda dan Jerman sekaligus mengangkat trofi Euro.
Pada pagelaran Euro kali ini,
Denmark kembali harus berhadapan dengan 3 negara besar Eropa yang menjadi
unggulan. Bukannya pesimis dengan peluang skuad Dinamit, namun jika kita
melihat individu-individu yang bermain untuk negaa-negara lawan wajar jika
Denmark diperkirakan akan menjadi bulan-bulanan di grup maut ini. Dan seperti
yang kita saksikan di awal pertemuannya dengan tim Orange pada Euro ini
ternyata Denmark mampu mencuri 1 gol kemenangan dibalik penguasaan bola mereka
yang rendah.
Kekuatan barisan pertahanan
Denmark patut mendapat acungan jempol, serangan dari tengah maupun sayap mampu
dipatahkan benteng tangguh yang dikomando oleh Daniel Agger. Nama Stephan
Andersen sebagai penjaga gawang sepertinya kalah tenar dengan 2 kiper lainnya
yang diboyong Olsen, namun ia membuktikan dengan beberapa kali melakukan
penyelamatan gemilang.
Barisan gelandang Denmark kali
ini mau tidak mau harus berusaha
memperbaiki kinerjanya, setelah melihat penampilan mereka sebelumnya maka Olsen
diyakini akan memberikan instruksi agar pemain-pemain di posisi ini mampu
mengendalikan permainan sambil memberikan passing kepada penyerangnya, Denmark
harus mampu berbuat banyak di lini ini agar striker tidak melulu mendapatkan
bola dari hasil umpan lambung Bek-bek mereka, dan sedikit banyak harapan ini
bedada di pundak Christian Eriksen sebagai “Player of The Year Denmark”, di
usia yang masih belia (20 tahun) namun pengalamannya bersama Ajax sangat
dibutuhkan, kompetisi besar seperti Liga Champion-pun sudah pernah
dirasakannya.
Pemilihan Nicklas Bendtner
sebagai ujung tombak nampaknya harus sedikit direvisi lagi oleh Olsen, mungkin
ia adalah penyerang terbaik yang dimiliki oleh Denmark saat ini, namun Arsenal
sendiri menilai dia masih belum mampu mengeluarkan seluruh kemampuannya hingga
ia harus dipinjamkan ke Sunderland. Peran Bendtner kemarin nampaknya hanya
sebagai pemecah konsentrasi penjagaan lawan agar Dennis Rommedahl dan Michael
Krohn-Dehli dapat bergerak lebih leluasa, namun siapapun tau kalau seorang
striker itu butuh gol, dan untuk itu Bendtner harus mulai memperlihatkan lagi
sentuhannya seperti ketika ia membela Denmark untuk pertama kali di usia 18
tahun dengan sumbangan sebuah gol. (ip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
aku perlu banget saran n kritikmu...
eh.. tapi aku juga perlu pujianmu... hehehehe...